menarik tersebut.Negara negara kini tidak lagi mempertahankan model eksklusif dalam rangka memberi warna kepada batas batas sdministratifnya.
Dalam hal itu masyarakat dunia menjadi masyarakat yang terhomogenisasi menuju satu bentuk yaitu menuju masyarakat pasar. Dalam posisi ini masyarakat dunia diharapkan terus menerus menjadi konsumen produk produk pasar yang setiap saat dibentuk lewat image. Media sebagai perpanjangan tangan produk produk pasar setiap saat menghipnotis masyarakat sehingga mereka menjadi terbiasa dengan kehidupan fantasi. Media membuat image masyarakat tentang tentang barang barang yang layak untuk dimiliki, membuat image mana barang yang pantas dan up to date bagi masyarakat. Oleh karenanya media dengan sengaja atau tidak telah menjadi alat yang terus enerus membuat haus masyarakat untukn terus menerus membeli produk produk. Masyarakat telah ditekan secara tidak langsung oleh media untuk mengikuti selera pasar yang begitu cepat berubah.
Sejalan dengan hal itu media juga telah menelanjangi dunia sehingga berbagai gaya hidup masyatakat bertransformasi terus menerus. Dari mulai transformasi ide, cara berfikir sampai pada transformasi tingkah laku hidup. Ketika media telah berhasil membujuk masyarakat menjadi masyarakat yang tunduk terhadap pasar, maka perlahan tapi pasti masyarakat bertransformasi menjadi masyarakat yang hedonis, masyarakat yang materialis kemudian menjadii masyarakat yang individualis dan elitis.
Nilai nilai asing pun mulai merembes masuk ke jantung masyarakat, menggempur sendi sendi peradaban lokal yang luhur. Perbenturan perbenturan tersebut begitu intensif dan melibatkann semua elemen masyarakat. Banyak hal hal yang tidak pantas pelan pelan tetapi pasti menjadi hal yang lumrah dan wajar untuk dilakoni. Semua lini ruang mulai mulai dari jalan jalan umum, di ruang kelas, kantor kantor, sampai kamar pribadi, kehidupan masyarakat digiring untuk memakai nilai nilai popular. Nilai nilai pasar, dimana jika masyarakat tidak mrmakainya maka masyarakat harus siap siap dikatakan tidak moderen. Nilai nilai yang semestinya ditransformasikan dan jika tidak sitransformasi maka akan dikatakan tidak gaul dan seterusnya.
Media internet dan media film merupakan salah satu media yang daya jelajah dan daya teriknya begitu kuat mepengaruhi pikiran dan tindakan masyarakat, terutama pada masyarakat di tingkatan generasi muda. Internet dalam satu kata dan atau kalimat dapat menghadirkan beragam informasi mulai dari informasi positif sampai dengan informasi yang paling negatif pun dapat dengan enteng didapatkan. Film film yang tersedia berupa CD-CD yang tersebar diberbagai sudut toko ikut menekan akselarasi penggiringan opini masyarakat muda lokal yang dari hari ke hari semakin menggandrungi kehidupan para tokoh tokoh terkenal.
Kini dengan menjamurnya kehidupan pariwisata hal itu menjadi nyata didepan mata. Gambar gambar maupun film film yang tadinya menampakkan aurat perempuan dan laki laki secara vulgar dapat ditemui di berbagai sudut daerah pengembangan wisata. Adapun dalihnya pelan tapi pasti masyatakat lokal akan menjadi masyarakat yang bertransformasi mencoba mendekati, melakoni setidaknya pada tataran pergaulan. Selanjutnya dapat disaksikan pergaulan generasi muda menjadi pergaulan yang setiap saat dapat menggiring mereka kepada perbuatan yang asusila.
Dalam hal itu nilai nilai lokal dan religi yang tadinya dianggap sakral kini bertengger di tepi jurang kehidupan masyarakat. Sebagian nilai nilai luhur telah jatuh dan sebagian lagi sedang menunggu kejatuhannya. Mulai dari memasyarakatnya cara berpakaian yang serba ketat, pakaian minimalis dan transparan sampai pada adanya prostitusi terselubung di banyak kota kota besar yang sebagian besarnya dilakoni oleh generasi muda belia. Norma norma berpakaian masyarakat telah dibentuk sejalan dengan terbentuknya norma norma sosial ekonomi dan budaya yang juga telah mengambil pola asimetris dengan norma norma yang bersunber dari nilai nilai lokal dan religi.
Media banyak mempertontonkan adanya kehidupan malam, club club yang melayani pengunjung selama 24 jam kini dapat ditemui di daerah kita sendiri. Selanjutnya terjadilah perembesan budaya serba permisiv. Adanya pergaulan bebas yang menjadi trend merupakan perwujudan dari budaya permisiv tersebut. Masyarakat tidak lagi menjadi dirinya sendiri tetapi telah menjadi tipe masyarakat foto copy terhadap masyarakat lain yang sesungguhnya berasal dari negeri negeri nan jauh di sana.
Referensi :
Ahmad Efendi M.Si. 2010. Indonesia dala arus Globalisasi Neoliberal dan NTB dalam skala global. CV.Dimensi Raya; Mataram
Sumber Gambar : rezarahardyan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan tanda bahwa anda pernah di sini !