B. Dismissal proses
Dismissal proses merupakan salah satu urutan proses beracara di PTUN
yang bertujuan untuk meneliti bagian bagian gugatan yang diajukan oleh
penggugat, apakah layak untuk dilanjutkan ataukah tidak. Pemeriksaan dismissal
dapat dilakukan secara
singkat dalam rapat yang dipimpin oleh ketua pengadilan TUN, dan ketua pengadilan dapat menunjuk seorang hakim untuk menjadi penengah dalam proses dismissal ini, hakim tersebut bisa disebut reporteur (raportir).
singkat dalam rapat yang dipimpin oleh ketua pengadilan TUN, dan ketua pengadilan dapat menunjuk seorang hakim untuk menjadi penengah dalam proses dismissal ini, hakim tersebut bisa disebut reporteur (raportir).
Ketua pengadilan berhak memanggil para pihak untuk mendengar keterangan
sebelum menentukan penetapan dismissal yang berupa gugatan yang diajukan itu
dinyatakan diterima atau ditolak berdasarkan pertimbangan pertimbangan antara
lain :
1 apakah pokok gugatan termasuk dalam kompetensi pengadilan tersebut.
2 apakah syarat syarat gugatan telah lengkap atau tidak.
3 dasar alasan gugatan , apakah layak atau tidak
4 telah terpenuhinya tuntutan atau belum (lambaga /pejabat TUN telah
memenuhi gugatannya sebelum diadakan persidangan).
5 apakah waktu pengajuan gugatan telah masuk daluwarsa atau tidak.
Dalam hal adanya petitum gugatan yang tidak dikabulkan, maka
kemungkinan hanya ditetapkan dismissal hanya untuk bagian petitum gugatannya
saja. Itu sering terjadi karena adanya tahap perbaikan gugatan pada acara
pemeriksaan persiapan.
C. Pemeriksaan persiapan
Pemeriksaan persiapan merupakan tahap dimana surat gugatan dilakukan
revisi atau perbaikan, tujuannya adalah untuk melengkapi bagian bagian yang
kurang jelas dan untuk mematangkan perkara.
Tahap ini sepenuhnya dikendalikan oleh ketua majelis disertai dengan
kearifan dan kebijaksanaannya. Oleh karena itu, sekali lagi para pihak diminta
kehadirannya untuk memberikan keterangan tentang keputusan yang digugat itu. Pemeriksaan
ini tidak harus dilakukan secara resmi (seperti layaknya persidangan ), namun
bersifat tertutup, juga bisa dilakukan dengan hakim anggota saja namun atan
penetapan resmi.
Dalam acara pemeriksaan persiapan, majelis hakim berwenang untuk :
1 memberi nasehat kepada penggugat untuk memperbaiki gugatan dan
melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam tempo tiga puluh hari.
2. meminta penjelasan kepada badan atau pejabat TUN yang bersangkutan, demi kelengkapan data yang
diperlukan untuk gugatan itu.
3. meminta kepada penggugat, yaitu surat keputusan TUN yang digugat
tersebut. Dan jika penggugat tidak berwenang untuk memiliki surat tersebut,
maka hakim dapat meminta kepada badan atau pejabat TUN yang mengeluarkan surat
yang bersangkutan.
4. jika dalam tahap ini terjadi saling memberi tanggapan antara penggugat dengan tergugat, maka, itu
tidak termasuk repllik dan duplik, serta harus dibuatkan berkas acara pemeriksaan.
5. mencabut “penetapan PTUN tentang penundaan pelaksanaan keputusan TUN
yang sedang digugat” bila tidak diperlukan.
6. dapat melakukan pemeriksaan setempat (cukup hakim anggota saja yang
memimpin) namun harus dilenglkapi penetapan tentang penugasan hakim anggota
tersebut.
Hakim dapat memberikan beberapa saran kepada penggugat untuk
memperbaiki gugatannya antara lain :
1 mengabulkan gugatan penggugat
2. menyatakan “penundaan pelaksanaan putusan TUN yang bersangkutan”
3. menyarankan kepada penggugat untuk merubah posita tuntutan menjadi
“mewajibkan dan memerintahkan tergugat untuk mencabut atau pun mengeluarkan
keputusan TUN”
Sumber : Perkuliahan Praktek peradilan PTUN 18 mei 2013 Fakultas Hukum UNRAM
Sumber Gambar : slideplayer.info
Sumber Gambar : slideplayer.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan tanda bahwa anda pernah di sini !